Amazing sunset in Kuta

Entah kenapa gue selalu merasa kangen suasana Bali. Wangi dupa, musik gamelan bali dan juga sedapnya nasi pedas seakan membisikkan mantra ajaib agar gue kembali lagi ke pulaunya para dewa itu. Mungkin juga karena banyaaaaak banget kenangan indah bersama dia di sana. Pertama kali gue ke Bali saat liburan Tahun Baru 2010. Waktu itu Bali rame banget. Wisman dan wisdom campur aduk di Pantai Kuta kayak cendol diblender. Ke mana-mana gue harus naik taksi dan macet pula. Sampai-sampai kita tidak mendapat penginapan di Kuta. Duh, terpaksa deh pindah ke Pantai Sanur dengan bawa-bawa gembolan 😦

Hal favorit yang selalu gue lakukan di Bali yaitu menunggu sunset di Pantai Kuta. Itu tempat yang wajib dikunjungi setiap ke Bali. Setelah matahari  terbenam lalu kita mencari makanan di dekat Pasar Adat Kuta. Ada  berbagai kedai yang menjual nasi pedas dan soto ceker. Yang paling terkenal sih Nasi Pedas Bu Andika di depan Joger (buka 24 jam) dan Soto Ceker AA di dekat pasar adat. Kedua kedai itu selalu penuh oleh wisatawan domestik. Wisman jarang terlihat di kawasan ini, mungkin karena makanan lokal ngga cocok dengan selera lidah mereka. Biasanya gue makan kedua menu itu bergantian setiap harinya. Karena si pacar ngga doyan pedes dan jijay sama ceker ayam, jadi dia memilih untuk membeli nasi goreng tek-tek atau sate ayam  di gerobak pinggir jalan. Duh, jauh-jauh ke Bali makannya nasi goreng dan sate  juga :p Terkadang  biar adil dan bisa makan bareng, kita ke foodcourt Supernova, lokasinya ngga jauh dari Joger. Di sana lebih banyak pilihan menunya seperti: kwetiau, soto ayam, cap cay, gado-gado, burger Edam, dan aneka jus serta es campur.

Setelah perut kenyang hati riang, kita berjalan kaki menuju Pantai Kuta. Tak lupa membeli Krusher di KFC atau es krim McD untuk dinikmati berdua di pinggir pantai sembari memandangi bintang dan mendengar debur ombak. Eitsss.. jangan pada iri yah! 😉

Hmm kalo ngga salah gue udah lima kali ke Bali, terakhir waktu bulan Juli 2012 yang lalu. Gue habiskan waktu selama 15 hari lamanya, rekor terlama gue liburan di sana.  Dibandingkan dua tahun lalu, sekarang Bali banyak berubah. Dulu sebelum ada proyek pembesaran Bandara Ngurah Rai, gue selalu naik bemo (mobil omprengan) dengan tarif Rp 3000 sampai Bemo Corner di Kuta.  Sekarang karena ada proyek bandara tersebut, gue terpaksa mengeluarkan kocek sebanyak Rp 25000 untuk naik taksi sampai Kuta karena bemo ngga mangkal di kawasan bandara.

Namun sekarang sudah tersedia busway-nya masyarakat Bali, yaitu Trans Sarbagita. Nama Sarbagita sendiri ‘dicomot’ dari nama wilayah yang dilewati rute bus ini, yaitu: DenpaSAR, BAdung, GIanyar, TAbanan. Rencananya akan dibangun 17 rute yang akan meliputi keempat wilayah tersebut, tetapi rute yang baru aktif beroperasi yaitu Batu Bulan-Nusa Dua PP. Harga tiketnya sama seperti Trans Jakarta yakni hanya Rp 3500 saja. Namun karena bulan Juli kemarin sampai September merupakan masa promosi dan bulan pariwisata, maka bus itu beroperasi secara cuma-cuma alias GRATIS! Berkat Bus Trans Sarbagita,  gue ‘melebarkan sayap’ untuk kepentingan berpacaran ke Nusa Dua, Uluwatu, Sanur, dan GWK secara gratis.. tis.. tis.. tis… Dasar menghemat budget, setiap mau naik Sarbagita kita jalan kaki menuju shelter terdekat dari Pantai Kuta yaitu Shelter Sentral Parkir atau Shelter Dewa Ruci dekat Galeria Mall. Petugas Trans Sarbagita sangat ramah dan siap menjawab pertanyaan di mana shelter terdekat dari tempat tujuan, maupun shelter di mana kita harus transit.  Kalau bertujuan  ke Sanur dan Nusa Dua, bisa naik Bus Trans Sarbagita dan langsung turun di tempat tujuan. Namun kalau mau ke Uluwatu, Jimbaran dan GWK kita harus transit lalu naik shuttle dengan tarif Rp. 3000. Shuttle ini sangat nyaman berbentuk mini van ber-AC dan langsung mengantarkan kita ke tempat tujuan tanpa menunggu terlalu lama.

 

Namun sepertinya banyak wisatawan yang belum mengetahui keberadaan Trans Sarbagita ini sehingga mereka lebih memilih menyewa mobil pribadi atau ikut paket tur. Padahal, lebih murah naik Trans Sarbagita dan hitung-hitung mengurangi kemacetan di jalanan Bali yang kian mirip jalanan ibukota.  Semoga di kunjungan saya ke Bali berikutnya rute-rute Trans Sarbagita sudah sebagian besar beroperasi sehingga budget untuk transportasi bisa dialokasikan untuk oleh-oleh atau makan nasi pedas 😀

NB: Untuk yang mau tau mengenai rute Bus Trans Sarbagita bisa tengok di sini http://www.balebengong.net/kabar-anyar/2011/08/25/daftar-keberangkatan-dan-halte-trans-sarbagita.html

Bus Trans Sarbagita